Sabtu, 26 Mei 2018

makalah islam dan gagasan universal


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Islam dan Globalisasi
1.      Pengertian Islam dan Globalisasi
          Dari segi bahasa (etimologi) Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk kedalam kedamaian. Juga berarti memelihara dalam keadaan sentosa, menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.[1]
          Sedangkan kata globalisasi berasal dari kata ‘global’. Globalisasi (globalization) merupakan proses-proses menuju kea rah global. Arti globalitu sendiri adalah menyeluruh atau menyatu,dari berbagai unsur menjadi satu.
Di maksudkan dengan ungkapan ‘Islam, globalisasi, dan peradaban dunia’ adalah ingin menjelaskan persinggungan, pertentangan , atau juga persamaan di antara masing-masing muatan konsep di atas. Untuk itu perlu terlebih dulu dijelaskan masing-asing istilah tersebut.Islam merupakan Agama yang memiliki karakter sebagai berikut.
a)      Agama yang menjanjikan keselamatan dunia-akhirat (Man aslama salima- Barang siapa yang menyerahlan diri (kepada Allah) maka ia akan selamat atau Barang siapa yang beragama Islam akan selamat).
b)      Penyerahan diri seorang muslim tertuju kepada Allah Swt secara mutlak. Allah dikonsepsikan sebagai Tuhan yang Mutlak dan tak terbatas sehingga tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata (walam yakun lahu kufuan Ahad).
c)      Penyelamatan yang dijanjikan Oleh Islam sedemikian sempurna, komrehensif, global, dan amat mendetail.
d)     Islam sebagai agama yang sempurna.[2]
e)      Islam Menjelaskan segala sesuatu yang kesemuanya untuk keselamatan manusia.
f)       Tak ada sesuatu pun yang dibiarkan tidak diperhatikan ke dalam Islam.
g)      Tebaran penyelamatan Islam mencakup seluruh alam semesta, lebih dari sekedar globalisme.
h)      Meskipun lebih dari global, dalam waktu yang sama, Islam juga merupakan agama eksklusif, ketika harus berhadapan dengan segala bentuk sekularisme, dan kebatilan, dari system ketauhidan yang murni.
i)        Karena itu Islam menyeru kepada siapa yang memilihnya sebagai agama, ia harus masuk ke dalamnya secara total.[3]

        Dalam hal-hal yang bersifat duniawi, sejauh tidak melanggar prinsip-prinsip Islam di atas, umat Islam diberi kebebasan seluas-luasnya untuk bisa beradabtasi, berdialog, dan hidup berdampingan dengan isme-isme non Islam. Demikian sabda Rasul, “Antum a’lamu biamri dunyaakum” atau “antum a,lamu biumuuri dunyakum” (Kamu lebih mengetahui urusan duniamu).
 Globalisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 
1.      Internasionalisasi (dari kedaerahan menuju kearah wilayah yang lebih luas)
2.      Liberalisasi (faham menuju kearah serba bebas dan melepaskan norma-norma yang telah mapan, antara lain norma-norma agama – Islam).
3.      Universalisasi (dunia telah menyatu, tak ada lagi yang menyekat antara wilayah satu dengan yang lain sebagai berkah kemajuan iptek, terutama teknologi telekomunikasi)
4.      Westernisasi (arah peradaban dari dunia Timur menuju kea rah cultural dunia Barat yang bercirikan sekulariseme, individualisme, kapitalisme, liberalisme, dan hedonisme).
5.      Suprateritorialisme ( ruang-ruang sosialitas tak lagi dapat dipetakan jarak dan batas-batas wilayah. Dengan demikian dunia adalah satu wilayah).
   Secara singkat, globalisasi dapat dikatakan ‘terjadinya keterbukaan wilayah/Negara sehingga memungkinkan terjadi interaksi antar wilayah/Negara tersebut seperti interaksi dalam bidang: sosial, ekonomi, politik,budaya, seni, dan bidang-bidang lain.[4]
B.     Modernisme dan Puritanisme
1.      Pengertian Modernisme dan Puritanisme
          Modernisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikan dengan aliran-aliran modern dalam filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.[5]
          puritanisme, berarti paham dan tingkah laku yang didasarkan atas ajaran kaum puritan. Puritan memiliki arti orang yang hidup saleh dan yang menganggap kemewahan dan kesenangan sebagai dosa. Orang ini juga bisa dikatakan orang Sufi.[6]
C.     Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme
1.      Pengertian gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme
          fundamentalisme berarti faham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikali. Sedangkan, fundamentalis berarti penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam kitab suci.[7]
          Untuk merumuskan ciri-ciri atau karakteristik Fundamentalisme-Radikalisme, dapat dihubungkan dengan corak pemahaman dan interpretasi kelompok ini terhadap doktrin yang cenderung bersifat rigid dan literalis. Menurut pendapat Yusril Ihza, kecendrungan ini dapat dikaitkan dengan beberapa bagian, diantaranya.
1. corak pengaturan doktrin.
2. kedudukan tradisi awal Islam.
3. ijma’.
4. kemajemukan masyarakat. Bagi kaum fundamentalis, doktrin sebagaimana terdapat dalam al-Quran dan Sunnah adalah doktrin yang bersifat universal dan telah mencakup segala aspek kehidupan. Ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mewahyukan kehendak-kehendak-Nya secara universal kepada manusia adalah termasuk doktrin penting yang dipedomani oleh kaum fundamentalis. Kelompok ini lebih menekankan pada ketaatan dan kesediaan untuk menundukkan diri kepada kehendak-kehendak Tuhan, dan bukan perbincangan intelektual. Karenanya bagi mereka lebih penting adalah iman dan bukan diskusi. Dalam pandangan mereka, iman justru akan membuat orang mengerti, dan bukan mengerti yang membuat orang menjadi beriman. Rasionalitas menurut kaum fundamentalis pada umumnya cenderung hanya menjadi alat untuk melegetimasi kehendak hawa nafsu dalam “mempermudah-mudahkan” agama.
         Dalam melihat kedudukan tradisi awal yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya, kaum fundamentalis memiliki kecenderungan romantisisme dan cenderung melakukan idealisasi terhadap zaman tersebut.  ingin menegakkan kembali struktur pemerintah khilafah seperti pada masa sahabat. Struktur demikian dianggap sebagai sesuatu yang berlaku untuk semua zaman. Dalam pandangan mereka struktur demikian adalah ijma’ para sahabat yang tidak dapat dimansukhkan (dihapuskan) oleh generasi-generasi kaum Muslim di masa kemudian. Terkait dengan pandangannya terhadap kemajemukan (pluralisme) masyarakat, kaum fundamentalis pada umumnya cenderung bersikap negative dan pesimis. Tokoh-tokoh fundamentalis seperti al-Maududi dan Sayyid Qutb dengan tegas hanya membedakan dunia jenis masyarakat di dunia ini, yakni susunan masyarakat Islami (al-nizhām al-Islāmiy) dan susunan masyarakat Jahiliyah (nizhām al-Jāhiliy) Susunan masyarakat Islam dipandang sebagai masyarakat yang benar-benar melaksanakan doktrin Islam secara kaffah (total) dan karena itu ia bersifat ilahiyyah (ketuhanan). Masyarakat yang tidak bersorak demikian semuanya tergolong Jahili dan karenanya bersifat thagut (berhala).[8]
D.    Islam Ekslusif dan Inklusif
1.      Pengertian Ekslusif dan Inklusif
     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksklusif berarti “terpisah dari yang lain”.  Sedangkan inklusif berarti “termasuk, terhitung”.[9]
     Sedangkan Islam eklusif dan inklusif menurut Dr.K.H. Didin hafidhuddin, M,Sc. Islam merupakan agama yang sangat inklusif, dan bukan merupakan ajaran yang bersifat eksklusif. Tapi inksklusifitas yang bermaksud perbedaan agama yang di pahami oleh kelompok liberal.[10]
    Inksklusifitas islam yang dimaksud adalah agama yang universal dan dapat diterima oleh semua orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar belakang, suku bangsa, setatus sosial dan atribut keduniawian lainya.
2.      Ciri – ciri Ekslusif dan Inklusif
      Islam ekslusif dan inklusif adalah untuk menetapkan persepsi muslim terhadap masalah hubungan islam dan kristen di indonesia. 
Rizky Ananda mecontohkan eksklusif dan inklusif di judul buku “Muslim-Chritian relation in the new order indonesia: the exclusivist and inclusivist muslim”.[11]
     Sebagai contoh, ia menyebut organisasi eksklusif di indonesia adalah dewan dakwah Islamiyah di indonesia, (DDII), komite indonesia untuk solidaritas duniah islam, orang-orang yang membela islam di cap eksklusif.
Diantara ciri-ciri kaum eksklusif, menurut Rizky Ananda  yaitu.
1.      Mereka yang menerapkan model penafsiran literal terhadap al-qur’an dan sunah dan masa lalu karena mengunakan pendekatan literal, maka ijtihad bukanlah hal yang sentral kerangka berfikir mereka
2.      Merekah berpendapat bahwa keselamatan yang bisa dicapai melalui agama islam.bagi merekah, islam adalah agama final yang datang untuk mengoreksi agama-agama lain. Karena itu merekah menggugat otentisitas kitab suci agama lain.
     Sedangkan yang dimaksud dengan Inklusif, memiliki ciri diantaranya.
1.      Karena merekah memahami agama islam sebagai agama yang berkembang, maka merekah menerapkan metode kontekstual dalam memahami al-qur’an dan sunah, yang memerlukan teks-teks asas dalam islam dan ijtihad berperan sentral dalam pemikiran merekah.
2.      Kaum inklusif memandang, islam adalah agama terbalik bagi merekah:namun merekah berpendapat bahwa keselamatan di luar agama islam adalah hal yang mungkin.

E.Islamisasi Sains
         Islamasasi sains. Adalah pandangan yang menganggap ilmu atau hanya sebagai alat (instrumen).artinya, sains terutama teknologi sekedar alat untuk mencapai sebuah tujuan, sains itu mempunyai dua makna. jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam fenomena sains adalah “sebuah kenyataan yang sempurn,” maka kita akan melihaat sains sebagai kebeneran indrawi. Sain juga pernah mengukuhkan bahwa kebeneran mutlak adalah yang didasarkan pada panca- indrawi saja.[12]
        Dalam konteks ini , abu bakar siraj ad-din mengatakan, “if a symbol is sometthing in a lower ‘known and wonted’ domain which the traveller considenrs not only for its own sake, but also and above all in oder to have an intuitive glinpse of the ‘universal and trange’ reality whict corresponds to it in each of the hidden domain.[13]
         Sejak kehadiran Islam dimuka bumi ini, Islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan Tuhan, antara hubungan dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dan urusan muamalah dalam arti yang luas. Dewasa ini manusia menghadapi berbagai macam  persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri.  Dalam keadaan demikian, sudah mendesak untuk memiliki ilmu pengetahuan yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problema tersebut. Ilmu pengetahuan yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang dikaji dari nilai-nilai agama. Hubungan Islam dengan ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya, karena Islam tanpa ilmu pengetahuan berarti buta. Imam tanpa ilmu dapat mengakibatkan musyrik.[14]
        Perspektif  Islamisasi disiplin ilmu yang mencakup bahasan: Kategorisasi disiplin ilmu versi Islam; Pendekatan baru terhadap reformasi ilmu kontemporer; Beberapa garis Islamisasi pemikiran politik dan ketatanegaraan; Islamisasi ilmu pendidikan; pendekatan Islamisasi ekonomi; Islamisasi sains dan teknologi; konsep ilmu dalam Islam dan prinsip-prinsip matematika; Uraian singkat tentang kajian ilmu hukum. Islamisasi disiplin ilmu-ilmu individual meliputi uraian tentang; Metodologi penelitian dan kajian ilmu hokum Islam; Kritik Islam atas sosiologi kontemporer; Reorientasi sejarah Islam; Tipologi historiografi Muslim dari perspektif filsafat Islam tentang sejarah; dan, menjelang/menyongsong upaya reformasi sosiologi. Upaya Islamisasi ilmu ini terus berlanjut melalui berbagai seminar Internasional.[15]
F.  Pluralisme Agama
        Pluralisme agama (religious pluralism) adalah di antara ide yang diusung oleh orang-orang yang berpemahaman liberal. Zainal Arifin Abbas, mengatakan bahwa agama berasal dari kata “a” dan “gama” yang berarti tidak kacau.[16]
         Hakikatnya, pluralisme agama adalah agama baru yang mencoba meruntuhkan nilai-nilai fundamental agama-agama, termasuk Islam. Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara, apapun jenis agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan yang sah menuju tuhan yang sama. Atau, paham ini menyatakan, bahwa agama adalah persepsi manusia yang relatif terhadap tuhan yang mutlak, sehingga karena kerelatifannnya- maka seluruh agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa agamanya yang lebih benar dari agama lain atau meyakini hanya agamanya yang benar.[17]
     Pluralisme jelas bertolak belakang dengan Islam karena Allah telah menyatakan dalam al Quran bahwa:
     Pertama. Islam satu-satunya agama yang benar, hal ini terdapat dalam Al-Qur’an QS. Ali-imran: 3: 85. Yang artinya.
          Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi”. (Q.S Ali-Imran 3 : 85).
     Kedua. Al-Quran satu-satunya kitab suci yang harus diikuti manuia juga hanya  Allah boleh berhukum kepada al Quran dan wajib menjadikannya sebagai pedoman hidup, serta meninggalkan kitab-kitab suci yang lain.[18]
        

 
         







BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
     Pengertian Islam dan Globalisasi
       Dari segi bahasa (etimologi) Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk kedalam kedamaian. Juga berarti memelihara dalam keadaan sentosa, menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.
     Pengertian Modernisme dan Puritanisme
      Modernisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan yang bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikan dengan aliran-aliran modern dalam filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
      puritanisme, berarti paham dan tingkah laku yang didasarkan atas ajaran kaum puritan. Puritan memiliki arti orang yang hidup saleh dan yang menganggap kemewahan dan kesenangan sebagai dosa. Orang ini juga bisa dikatakan orang Sufi.
     Pengertian gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme
      fundamentalisme berarti faham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikali. Sedangkan, fundamentalis berarti penganut gerakan keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang asli seperti yang tersurat di dalam kitab suci.
      Untuk merumuskan ciri-ciri atau karakteristik Fundamentalisme-Radikalisme, dapat dihubungkan dengan corak pemahaman dan interpretasi kelompok ini terhadap doktrin yang cenderung bersifat rigid dan literalis. Menurut pendapat Yusril Ihza, kecendrungan ini dapat dikaitkan dengan beberapa bagian, diantaranya.
1.      corak pengaturan doktrin.
2.kedudukan tradisi awal Islam.
3. ijma’.
4. kemajemukan masyarakat. Bagi kaum fundamentalis, doktrin sebagaimana terdapat dalam al-Quran dan Sunnah adalah doktrin yang bersifat universal dan telah mencakup segala aspek kehidupan. Ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mewahyukan kehendak-kehendak-Nya secara universal kepada manusia adalah termasuk doktrin penting yang dipedomani oleh kaum fundamentalis. Kelompok ini lebih menekankan pada ketaatan dan kesediaan untuk menundukkan diri kepada kehendak-kehendak Tuhan, dan bukan perbincangan intelektual. Karenanya bagi mereka lebih penting adalah iman dan bukan diskusi. Dalam pandangan mereka, iman justru akan membuat orang mengerti, dan bukan mengerti yang membuat orang menjadi beriman. Rasionalitas menurut kaum fundamentalis pada umumnya cenderung hanya menjadi alat untuk melegetimasi kehendak hawa nafsu dalam “mempermudah-mudahkan” agama.
      Pengertian Ekslusif dan Inklusif
      Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksklusif berarti “terpisah dari yang lain”.  Sedangkan inklusif berarti “termasuk, terhitung”.
     Sedangkan Islam eklusif dan inklusif menurut Dr.K.H. Didin hafidhuddin, M,Sc. Islam merupakan agama yang sangat inklusif, dan bukan merupakan ajaran yang bersifat eksklusif. Tapi inksklusifitas yang bermaksud perbedaan agama yang di pahami oleh kelompok liberal.
    Inksklusifitas islam yang dimaksud adalah agama yang universal dan dapat diterima oleh semua orang yang berakal sehat tanpa memperdulikan latar belakang, suku bangsa, setatus sosial dan atribut keduniawian lainya.
     Ciri – ciri Ekslusif dan Inklusif
      Islam ekslusif dan inklusif adalah untuk menetapkan persepsi muslim terhadap masalah hubungan islam dan kristen di indonesia. 
Rizky Ananda mecontohkan eksklusif dan inklusif di judul buku “Muslim-Chritian relation in the new order indonesia: the exclusivist and inclusivist muslim”.
     Sebagai contoh, ia menyebut organisasi eksklusif di indonesia adalah dewan dakwah Islamiyah di indonesia, (DDII), komite indonesia untuk solidaritas duniah islam, orang-orang yang membela islam di cap eksklusif.    
      Islamasasi sains. Adalah pandangan yang menganggap ilmu atau hanya sebagai alat (instrumen).artinya, sains terutama teknologi sekedar alat untuk mencapai sebuah tujuan, sains itu mempunyai dua makna. jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam fenomena sains adalah “sebuah kenyataan yang sempurn,” maka kita akan melihaat sains sebagai kebeneran indrawi. Sain juga pernah mengukuhkan bahwa kebeneran mutlak adalah yang didasarkan pada panca- indrawi saja.
B.     Saran
      Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk mempermudah dalam mempelajari mata kuliah ini, degan dibentuknya sebuah makalah dengan judul yang telah ditetapkan dosen pengampuh kepada kami, kami sangat menyarankan bagi audiens agar makalah yang kami buat ini dapat berguna dan bermanfaat dalam berbagai hal.
      Kami menyarankan bagi audiens untuk memberikan saran terhadap makalah yang kami buat ini, jika masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari pembahasan atau dari segi isi Makalah.







DAFTAR PUSTAKA


Yatim Abdullah, Studi Islam Kontemporer,(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006)
Jahaya Praja, Filsafat dan Metodologi Islam Global,(Jakarta: CV-Grapindo, 2002)







[1]Yatim Abdullah, Studi Islam Kontemporer,(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2006), hlm. 15
[2]Jahaya Praja, Filsafat dan Metodologi Islam Global,(Jakarta: CV-Grapindo, 2002), hlm. 28
[3] Ibid, hlm. 28-31
[4] Jahaya Praja, Filsafat dan Metodologi Islam Global,(Jakarta: CV-Grapindo, 2002), hlm. 34
[5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, KBBI,(Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 662
[6] Muhammad Abduh, Tasawuf dan Pengajaran,(Solo: Raja Grapindo, 2000), hlm. 89
                [7]Ibid, hlm. 96        
[8]Ibid, hlm. 100-101
[9]Departemen dan Kebudayaan, Op.Cit, hlm. 253
[10] Taufik Abdullah, Metodologi Studi Islam,(Malang: Sinar Graha, 1999), hlm. 30
[11]Ibid, hlm 39
[12] Yatim Abdullah, Op.Cit, hlm. 156
[13] Ibid, hlm. 52-53
[14] Ibid, 99
[15] Ibid, 126
[16] Mansor Faqih, Pluralisme Agama,(Bandung: CV-SETI AJI, 2001), hlm. 69
[17] Mansor Faqih, Pluralisme Agama,(Bandung: CV-SETI AJI, 2001), hlm. 74
[18] Mansor Faqih, Pluralisme Agama,(Bandung: CV-SETI AJI, 2001), hlm. 79-80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

macam-macam metode

1. Metode Ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar unt...