PRINSIP-PRINSIP DASAR METODOLOGIS PAI
MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH “ METODOLOGI PEMBELAJARAN PAI ”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK I:
1.
ARDIANSYAH ( 2016.01.070 )
2.
EKA SAPUTRI ( 2016.01. )
3.
EKA ZAYANI ( 2016`01.024 )
4.
MELATI ( 2016.01.038 )
DOSEN PENGAMPU : ENDANG
SWITRI, M.Pd.I
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN
AL-ITTIFAQIAH
( STITQI )
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN TAHUN
AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya, sehingga penyusunan
makalah ini selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya
kami selaku penyusun tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
semoga tercurahkan selalu shalawat serta salam kepada manusia termulia yakni
baginda Rasulullah Muhammad SAW yang berkat usaha kerja kerasnya kita
dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku
ummatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat
banyak kesulitan karena adanya saran dari berbagai pihak tentang pembuatannya.
Namun, tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan sebagainya. Oleh karenanya,
kami sangat mengharapkan dengan lapang dada, kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Akhirnya, kami selaku penyusun mengucapkan terima
kasih kepada Dosen kami Endang Switri, M.Pd.I yang telah
memberikan tugas dan bimbingannya kepada kami, yang mana ini akan membantu kami
agar terbiasa dalam pembuatan makalah. Tidak lupa kami ucapkan pula terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
والسلام عليكم ورحمة الله وبر كاته
Indralaya 08 Maret 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2
A. Prinsip-Prinsip
Metodologi Pembelajaran PAI .........…………….. 2
B. Landasan Dalam
Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI….. 4
C. Prinsip-Prinsip
Dalam Penilaian Media Pembelajaran……............. 8
D. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran...13
E. Prinsip-Prinsip
Penggunaan Metode Dalam Pembelajaran……...… 15
BAB III PENUTUP………………………………………………...……… 17
A. Simpulan ......................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metodologi berarti
ilmu tentang metode, sementara metode berarti cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Dalam ilmu tentang mengajar, metodologi disebut didaktik yaitu ilmu yang
membahas tentang kegiatan proses belajar mengajar yang menimbulkan proses
belajar. Didaktik dibedakan menjadi dua, yaitu dikdaktik umum dan didaktik
khusus. Didaktik umum membahas prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar,
sedangkan didaktik khusus yaitu membahas cara-cara guru menyajikan bahan
pelajaran kepada pelajar. Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah
suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab
pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada
siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran adalah
komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi
memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam proses belajar itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Saja Prinsip-Prinsip Dasar Metodologis PAI?
2.
Apa Saja Landasan Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI?
3.
Bagaimana Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami secara
mendasar-menyeluruh terkait dengan prinsip-prinsip dan landasan pengembangan metodologi
pembelajaran PAI, serta prinsip pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran
PAI, sehingga memiliki konsep yang bersifat konferensif-praktis-teoritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Prinsip-Prinsip Metodologi Pembelajaran PAI
Metodologi
pembelajaran merupakan ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
berfungsi membantu dalam proses pembelajaran, karena memberikan alternatif dan
mengandung unsur-unsur inovatif. Menurut Mulyasa (2004), tugas guru yang paling
utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
prilaku peserta didik. Oleh karena itu, Firdaus (2005) menjelaskan bahwa
pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis yang
bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak dan pengalaman belajar yang
diperoleh siswa juga sekaligus mengilhami mereka ketika menghadapi problem
dalam kehidupan sesungguhnya.[1]
Dalam kontek pemberian pengalaman belajar yang dimaksud di atas, maka
implementasi metodologi pembelajaran yang selama konvensional (terpusat pada
guru), sudah saatnya untuk diganti dengan metodologi pembelajaran yang
memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran. Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy
Al-Saibany, prinsip-prinsip metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:[2]
1. Menjaga motivasi,
kebutuhan, dan minat dan keinginan pelajar pada proses belajar.
2. Menjaga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
3. Memelihara
tahap kematangan, perkembangan, dan perubahan anak didik.
4. Menjaga
perbedaan-perbedaan individu dalam anak didik.
5. Mempersiapkan
peluang partisipasi praktikal; sehingga menjadi keterampilan, adat kebiasaan,
sikap dan nilai.
6. Memperhatikan
kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan
kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan kebebasan berpikir.
7. Menjadikan
proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik.
Pendapat
yang hampir sama, menurut Abdurrahman Mas’ud, bahwa secara teknis dalam
penerapan metode, guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut :[3]
1.
Guru hendaknya bertindak sebagai role model, suri tauladan bagi
kehidupan sosial siswa, baik di dalam maupun luar di luar kelas.
2.
Garu hendaknya menunjukkan sikap kasih sayang kepada siswa.
3.
Guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai subyek dan mitra belajar,
bukan obyek.
4.
Guru hendaknya bertindak sebagai fasilitator, promotor of learning
yang lebih mengutamakan bimbingan, menumbuhkan kreativitas siswa, serta
interakstif dan kamunikatif dengan siswa.
Maka
menurut Syaiful Bahri, dalam penggunaan metode hendaknya didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :[4]
1.
Selalu beroritentasi pada
tujuan.
2.
Tidak terikat pada satu alternatif saja.
3.
Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode.
4.
Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lain.
Sedangkan
menurut Ahmad Tafsir, cara yang paling tepat dan cepat dalam pembelajaran agama
Islam yaitu dengan memperhatikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab ketika
metodologi pembelajaran PAI mau diterapkan, yaitu :[5]
siapa yang diajar?, berapa jumlahnya?, seberapa dalam agama itu akan
diajarkan?, seberapa luas yang akan diajarkan?, dimana pelajaran itu
berlangsung? dan peralatan apa saja yang tersedia? Dari beberapa pendapat di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip metodologi pembalajaran PAI harus
dapat memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan siswa yang menjadi
komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan
siswa bersama-sama dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran
PAI. Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan berupa
materi pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang
sedang belajar, dengan kata lain meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
B.
Landasan Dalam Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI
Landasan dalam pengembangan
metodologi pembelajaran PAI merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam proses
pembelajaran. Seorang guru tidak akan mampu menggunakan suatu metode sebelum
mengetahui landasan atau pijakannya, karena jika demikian maka akan berujung
pada pembelajaran yang kering-gersang dari nilai-nilai yang terkandung dari
materi yang diajarkan. Fenomena yang sering kali terjadi adalah kesenjangan
antara guru dan peserta didik, materi dengan metode, dan menimbulkan
diskomunikasi.
Sebelum membahas lebih jauh
terkait dengan landasan-landasan dalam pengembangan metodologi pembelajaran
PAI, maka perlu diketahui dulu tentang landasan dalam pelaksanaan pendidikan
Islam. konteks ini perlu untuk mengetahui pijakan dasar dalam pelaksanaan
pendidikan Islam dan dari landasan inilah baru dirumuskan landasan dalam
pengembangan metodologi pembelajaran PAI.
Bersandar pada pendapatnya Fatah
Yasin menjelaskan sedikitnya membagi 8 landasan yang merupakan asas atau
landasan dalam pendidikan Islam, yaitu :
1. Dasar Filosofis
Nilai filosofis yang
kemudian dijadikan dasar filosofis pendidikan, memiliki makna bahwa kegiatan
pendidikan itu harus bersumber pada pndangan hidup yang paling mendasar. Jika
pandangan hidup atau cara berfikir manusia yang paling mendasar bersumber dari
nilai-nilai fundamental, maka muncul semacam pertanyaan dari mana manusia itu
ada dan dari mana sumber ilmu diperoleh. Pertanyaan semacam itu kemudia
dijadikan sebagai cara berfikir manusia untuk menemukan jawaban melalui
pendidikan. Jika pandangan hidup manusia itu bersumber dari nilai-nilai ajaran
agama (nilai-nilai teologis), maka visi dan misi pendidikan adalah
memberdayakan manusia sebagai manusia yang menjadikan agama sebagai pandangan hidupnya
sehingga mengakui akan pentingnya sikap tunduk dan patuh kepada hukum-hukum
tuhan yang bersifat trasendental. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan
hidup manusia itu bersifat keduniawian dan sumber dari manusia, maka visi dan
misis ediologis pendidikan adalah untuk meraih cita-cita kepuasan hidup manusia
yang bersifat duniawi semata, hingga mengenyampingkan dan tidak memperdulikan
nilai-nilai trasendental. Kedua pandangan hidup manusia ini diharapakan dapat
di integrasikan, yakni landasan filosofis pendidikan seharusnya mengandung
nilai-nilai trasendental yang bersumber dari tuhan, dan dari manusia.[6]
2. Dasar Historis
Nilai-nilai historis
yang kemudian dijadikan sebadai dasar historis pendidikan, memiliki makna bahwa
peristiwa kemanusiaan yang terjadi di masa lampau penuh dengan
informasi-informasi yang mengandung kejadian-kejadian, model-model,
konsep-konsep, teori-teori, praktik-pra ktik, moral, cita-cita, bentuk, dan
sebagainya. Informasi dari sebuah peristiwa dimasa lampau tersebut mengandung
muatan nilai pendidikan yang dapat dicontohkan dan ditiru oleh generasi masa
kini dan yang akan datang. Nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah tersebut
adalakanya positif, sehingga bisa dijadikan bahan acuan dalam pelaksaan
pendidikan dimasa kini jika masih relevan dan mengembangkan serta menilitinya
ketika tidak relevan. Dan adakalanya yang negatif, dalam hal ini cukup
dijadikan pelajaran agar tidak diikuti baik oleh generasi sekarang atau dimasa
yang akan datang.
Landasan ini mengarahkan para guru untuk mengubah sudut pandangnya, agar
selalu bisa untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari para pendahulunya, baik
dalam bersikap, bebicara, dan dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan
Islam. Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai pondasi intelektualitas manusia banyak
mensinyalir tentang hikmah dan pelajaran mengenai kehidupan orang-orang
terdahulu yang bisa menjadi bahan informasi guna membangun paradigma yang lebih
baik, agar guru mampu mengambil pelajaran dari hal-hal yang telah dijelaskan
dari kedua sumber tersebut.
Pada tataran selanjutnya, guru
tidak salah langkah atau mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama sebagaimana
yang terjadi sebelumnya. Perenungan-perenungan yang dilakukan guru dalam
memahami fenomena dari kisah-kisah baik yang,...tersirat maupun yang tersurat,
baik menyangkut hikmah historis atau pun menyangkut simbol-simbol, merupakan pelajaran-pelajaran yang berharga untuk
mengembangkan model pembelajaran yang lebih baik bagi para peserta didiknya
sehingga tujuan ideal pendidikan Islam bisa terwujud.[7]
3. Dasar Teoritik
Ada beberapa teori
pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk pengembangan karakter,
diantaranya:
a.
Teori-teori yang berorientasi behavioristik yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal, dimana perubahan
perilaku seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal, dimana perubahan
perilaku tersebut bersifat mekanistik. Teori ini dikenal juga sebagai teori
Stimulus-Respons atau teori laboratorium yang sangat popoler pada implementasi
kurikulum 1970-an. Teori-teori behavioristik ini dikembangkan dengan
menggunakan hewan sebagai objek uji cobanya. Pada tahun 1980-an tumbuh
kesadaran baru. Manusia tidak sama dengan hewan sehingga teori behavioristik
dipandang kurang cocok untuk pendidikan karakter karena menjadikan manusia
sebagai robot.
b.
Teori-teori yang berorientasi kognitivistik yang juga dikenal
sebagai teori pemroresan informasi, dengan prinsip input-proses-output. Teori
ini menganalogikan cara kerja pikiran manusia seperti cara kerja kompter. Jika
pikiran di-entry data-data tentang kebaikan-kebaikan, maka diyakini akan dapat
mewujudkan perilaku baik. Sayangnya ditemukan fakta banyak orang yang
mengetahui kebaikan-kebaikan tetapi perilakunya tidak selalu baik. Untuk itu di
awal tahun 2000-an tumbuh kesadaran baru, bahwa teori-teori kognitivistik
kurang begitu cocok untuk pendidikan karakter.
c.
Teori yang berorientasi komprehensif, misalnya teori
konstruktivistik dan teori holistic (diantaranya teori medan, teori motivasi,
dan teori konteks social yang menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat
ditentukan baik oleh kekuatan internal maupun eksternal. Dengan tanpa
mengabaikan teori behavioristik dan kognitivistik untuk keperluan pendidikan
karakter di sekolah, dipandang lebih tepat jika menggunakan teori-teori yang
berorientasi pada komprehensif yang mengimplementasikan secara seimbang antara
kekuatan internal dan eksternal, antara kekuatan pikiran dengan hati, dan
antara ngerti, ngerasa, ngelakoni atau antara piker, zikir dan ikhtiar. Secara
metodologis, hendaknya juga menyesuaikan dengan orientasi teori komprehensif
yang digunakan untuk memandu praktik pendidikan karakter.[8]
C.
Prinsip-Prinsip Dalam Pemilihan Media Pembelajaran
Tugas
pendidik yang paling utama adalah bagaimana ia mengondisikan suatu keadaan itu
agar menunjang terjadinya suatu perubahan tingkah laku anak didiknya. Oleh
karena itu, bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman
belajar yang sistematis yang bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak.
Dari proses pemberian pengalaman belajar tersebut, jelas makna implementasi
metodologi pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru di ubah agar
sekiranya anak didiklah yang di tuntut untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran tersebut.
Dahulu
pelajaran di pandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan
dengan pandangan tersebut, metode yang di gunakan guru banyak berpusat pada
metode ceramah, bagimanapun materi yang akan disampaikan. Muncullah teori teori
baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak
pengajaran dan memunculkan berbagai metode mengajar. Metode metode tersebut
berkembang mengikuti prinsip prinsip umum berikut:[9]
1. Memperhatikan
kecenderungan kecenderungan siswa
Dalam pemilihan metode pembelajaran
kita perlu mengetahui kecenderungan-kecenderungan peserta didik. Sebagai
seorang pendidik sangat perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Karena
berpengaruh terhadap proses pemilihan metode pembelajaran.
2. Memanfaatkan
aktifitas individual para siswa.
Proses
pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa mampu meningkatkan berendapnya
pembelajaran dalam memori jangka panjang sehingga membentuk bank pengetahuan.
Hal inlah yang perlu diketahui dan dimanfaatkan oleh pendidik, agar siswa mampu
mebnetuk pengetahuan tersebut.
3. Mendidik
melalui permainan-permainan (games) atau menjadikan permainan sebagai sarana
pendidikan.
Agar tidak terjadi kejenuhan dalam
proses pembelajaran, perlu divariasikan metode pembelajaran dengan suatu
permainan. Karena permainan dapat membuat peserta didik semangat dalam belajar
dan mengurangi kejenuhan dalam pembelajaran.
4. Menerapkan
prinsip kebebasan yang rasional dalam proses belajar tanpa membebani para siswa
dengan berbagai perintah atau larangan yang mereka tidak butuhkan.
Pendidik perlu memberikan kebebasan
terhadap peserta didiknya. Hal itu dilakukan agar siswa tidak merasa terbebani
dan merasa tertekan. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan secara efisien.
5. Mengutamakan
dunia anak anak dalam artian bahwa memperhatikan kepentingan mereka dan
mempersiapakan mereka untuk kehidupan di masa depan.
Sebagai seorang peserta didik
haruslah mengerti tentang peserta didiknya. Mampu mengetahui dan memberikan
kebutuhan maupun kepentingan yang diperlukan peserta didiknya.
6. Memanfaatkan
segenap indera siswa, sebab pendidikan inderawi merupakan alat menuju
pendidikan intelektual.
Siswa harus mampu mengoptimalkan
fungsi dari kelima inderanya, disinilah tugas pendidik untuk memunculkan dan
mengoptimalkan fungsi dari masing-masing kelima indera yang dimiliki oleh
peserta didik.
Prinsip
umum metode pembelajaran di atas penting untuk
dipertimbangkan setiap guru ketika akan melakukan perkembangan
metodologi pembelajaran agar setiap penggunaan metode Yang diputuskan akan
memberikan manfaat yang mampu membawa siswa menuju penguasaan kompetensi yang
diharapkan. Selain prinsip diatas masih terdapat prinsip-prinsip lain sebagai
berikut:
a. Efektivitas
Media Pembelajaran
Prinsip utama pemilihan media
pembelajaran adalah efektivitas media pembelajaran dalam mencapai tujuan
pembelajaran serta efektivitasnya dalam membantu siswa memahami materi
pembelajaran yang akan disajikan. Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu
media pembelajaran yang akan digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan
media yang lain. Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya
gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi,
dan bulan saat melalukan peredaran.
b. Taraf
Berpikir Siswa
Media
pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir siswa.
Benda-benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media
pembelajaran bila dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian pula media
pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau tampilan akan lebih sulit
dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana. Contoh media pembelajaran
di SD untuk struktur organ-organ dalam tubuh manusia haruslah tidak serumit
media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media
pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat
siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus
pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil
pembelajaran yang diharapkan.
c. Interaktivitas
Media Pembelajaran
Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan
media dalam pembelajaran di kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar
kemungkinan siswa dapat berinteraksi dengan media pembelajaran? Makin
interaktif media, makin bagus media pembelajaran itu karena lebih mendorong
siswa untuk terlibat aktif dalam belajar. Misalnya,
saat mengajar materi tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam
pembelajaran di SD yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara
melakukan operasi hitung bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media
pembelajaran multimedia interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi hitung
bilangan bulat.Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk
dipilih adalah media pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif.
d. Minat
Siswa Terhadap Media Pembelajaran
Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh pada
minat siswa. Ada media-media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa
jauh lebih baik bila dibanding menggunakan media pembelajaran lain. Misalnya,
pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh media pembelajaran di SD yang
digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata sifat, kata benda dan kata
kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10 x 8 cm. Kartu-kartu yang
hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi siswa apakah merupakan kata
kerja, kata benda, atau kata sifat tentu kurang menarik bila dibandingkan
dengan kartu-kartu serupa tetapi memiliki variasi berupa ditambahkannya
gambar-gambar kartun yang familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada
kartu tersebut dengan warna-warna yang semarak.
e. Kemampuan
Guru Menggunakan Media Pembelajaran
Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran
interaktif berbasis komputer, tentu tidak akan efektif bila guru sendiri
memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan menggunakannya. Media pembelajaran
yang dipilih harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya kendala
kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja diatasi
apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar menggunakan media
pembelajaran tersebut.
f. Alokasi
Waktu
Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang
sangat krusial. Guru selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan tuntutan
kurikulum. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran yang notabene efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan materi
pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus
dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting. Akan
tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan berbagai cara
berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.
g. Fleksibelitas
(kelenturan) Media Pembelajaran
Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah
fleksibelitas. Media pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar
mengajar di kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media
pembelajaran itu dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila dapat
digunakan dalam berbagai situasi. Kadangkala, saat proses pembelajaran
berlangsung terjadi perubahan situasi yang berakibat tidak dapat digunakannya
suatu media pembelajaran.
h. Keamanan
Penggunaan Media Pembelajaran
Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus
hati-hati memilih media pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak
hati-hati dalam penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa
terluka. Media pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman
bagi mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang kurang
aman misalnya penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam (mudah melukai)
atau panas, atau bahan-bahan kimia bersifat korosif.
i.
Kualitas Teknis Media Pembelajaran
Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan
dengan baik. Perawatan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis
media. Kualitas teknis media pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas
produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia media pembelajaran
yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka sebaiknya guru
memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik, misal dari segi
keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan
sebagainya.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran
Melaksanakan
suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran.
Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah.
Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan
oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan
baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusun learning
design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode pembelajaran. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode pembelajaran, antara lain:
1. Faktor peserta didik.
Ø Perbedaan jenjang pendidikan
Ø Latar belakang peserta didik
Ø Tingkat intelektualitas.
2. Faktor
ketersediaan fasilitas pembelajaran.
Fasilitas
pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan
kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas
pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu
kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran
dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu
hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau
tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat
dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik,
menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3. Faktor
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Setiap
pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga
belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku,
dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut
dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak
hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap
sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.
4. Faktor
materi pembelajaran.
Pada
bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah apa
materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana
tingkat kesulitan (how hard) materi yang hendak dipelajari.
5. Faktor
alokasi waktu pembelajaran.
Pemilihan
metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu.
Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung
secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu
terbuang tanpa arti. Kegia tan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara
sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi –
konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan
kegiatan pembuka dan penutup.
6. Faktor kesanggupan guru.
Guru
memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang selalu prima dalam
setiap pembelajaran yang diampunya. Namun demikian, guru tetaplah manusia dengan
berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Memilih suatu metode
pembelajaran pun harus menimbang kesanggupan guru. Akan tetapi, hal ini tidak
menjadi dalih pembenaran bagi guru untuk menunjukkan performa yang terlalu apa
adanya, dan yang biasa-biasa saja.
1. Mengetahui motivasi, kebutuhan
dan minat anak didik.
2. Mengetahui tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.
3. Mengetahui tahap kematangan,
perkembangan serta perubahan anak didik.
4. Mengatahui perbedaan-perbedaan individu didalam anak didik.
5. Menjadikan proses pendidikan
sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak- anak didik.
6. Aktivitas, yaitu belajar itu
hanya berhasil bila melalui bermacam-macam kegiatan baik jasmani maupun rohani.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI, memilki beberapa landasan
dan prinsip-prinsip yang mengikat dan menjadi ukuran dalam pengembangan
metodologi pembelajaran, supaya ketika metode itu diterapkan bisa berdaya guna
dalam proses pembelajaran PAI.
Pertama, prinsip
metodologi pembalajaran PAI harus dapat memungkinkan pembelajaran PAI terpusat
pada guru dan siswa yang menjadi komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu
terjadinya interaksi antara guru dan siswa bersama-sama dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI. Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan
hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan
nilai pada diri siswa yang sedang belajar, dengan kata lain meliputi ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kedua, landasan-landasan
dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI yaitu: 1) Landasa filosofis; 2)
Landasan historis; dan 3). Landasan Teoritis.
Ada beberapa prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran diantaranya
adalah :1. Efektivitas
Media Pembelajaran; 2. Taraf Berpikir Siswa; 3. Interaktivitas Media
Pembelajaran; 4. Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran; 5. Kemampuan Guru
Menggunakan Media Pembelajaran; 6. Alokasi Waktu
B. Saran
Demikianlah
makalah ini kami selesaikan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya semoga makalah
ini bermanfaat, dan mudah-mudahan dalam penyajian ini dapat di mengerti oleh
kita semua, Amin yaa robbal`alamin.
DAFTAR
PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 2001. Metodologi Pengajaran Agama islam.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Putra Daulay, Haidar. 2004. Pendidikan Islam. Jakarta :
Kencana
Suharto, Toto. 2011. Filsafat
Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Syafrudin, Didin dan Bahris Halim. 2005. Pedoman Penyelengaraan
Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Menengah [SMA dan SMK].
Jakarta: Departemen Agama RI
Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Mauliddannor, Fajar (2016,3,Januari), Prinsip-prinsip Dasar
Metodologi PAI. Diperolehfile:///C:/Users/pc/Desktop/PrinsipPrinsip%20Dasar%20Metodologi%20PAI%20-%20ADAN%20RUNGKAR.html, Tanggal 8 Maret 2018
Pranama Sari, Rola. (2015,19,Juni). Prinsip - Prinsip Dalam Pemilihan
dan Penggunaan Metode Pembelajaran. file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-prinsip%20dalam%20memilih%20metode.html, Tanggal 8 Maret 2018
darifile:///C:/Users/pc/Desktop/Prinsip-Prinsip%20Dasar%20Metodologi%20PAI%20
%20ADAN%20RUNGKAR.html, pada tanggal 8 Maret 2018 pukul 10.30
[4] Didin Syafrudin dan Bahris Halim, Pedoman Penyelengaraan Pendidikan
Agama Islam Sekolah Tinggi Menengah [SMA dan
SMK], (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), hlm. 23-25.
[5] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 23-28.
saya ambil buat makalah ya xixi. terimakasihh
BalasHapus