Sabtu, 26 Mei 2018

makalah prinsip-prinsip dasar metodologi PAI


PRINSIP-PRINSIP DASAR METODOLOGIS PAI

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH “ METODOLOGI PEMBELAJARAN PAI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK I:
1.      ARDIANSYAH ( 2016.01.070 )
2.      EKA SAPUTRI ( 2016.01.   )
3.      EKA ZAYANI ( 2016`01.024 )
4.      MELATI ( 2016.01.038 )


DOSEN PENGAMPU : ENDANG SWITRI, M.Pd.I

PRODI  :  PAI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
( STITQI )
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN                                          TAHUN AKADEMIK 2018

KATA PENGANTAR
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah ini selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya kami selaku penyusun tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semoga tercurahkan selalu shalawat serta salam kepada manusia termulia yakni baginda Rasulullah Muhammad SAW yang berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku ummatnya selalu dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak begitu mendapat banyak kesulitan karena adanya saran dari berbagai pihak tentang pembuatannya. Namun, tidak menutup kemungkinan makalah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, baik dari penulisan, ejaan dan sebagainya. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan dengan lapang dada, kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami Endang Switri, M.Pd.I yang telah memberikan tugas dan bimbingannya kepada kami, yang mana ini akan membantu kami agar terbiasa dalam pembuatan makalah. Tidak lupa kami ucapkan pula terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.
والسلام عليكم ورحمة الله وبر كاته



Indralaya 08 Maret 2018        
                            
                                           
                                                                                                Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................           i
KATA PENGANTAR...................................................................................          ii
DAFTAR ISI.................................................................................................        iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................          1
A.  Latar Belakang ................................................................................          1
B.  Rumusan Masalah ...........................................................................          1
C.  Tujuan .............................................................................................          1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................          2
A.  Prinsip-Prinsip Metodologi Pembelajaran PAI .........……………..          2
B.  Landasan Dalam Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI..       4
C.  Prinsip-Prinsip Dalam Penilaian Media Pembelajaran…….............           8
D.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran...13
E.   Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Dalam Pembelajaran……...     15
BAB III PENUTUP………………………………………………...………         17
A.  Simpulan .........................................................................................        17
B.  Saran................................................................................................        17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................        18










BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Metodologi berarti ilmu tentang metode, sementara metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam ilmu tentang mengajar, metodologi disebut didaktik yaitu ilmu yang membahas tentang kegiatan proses belajar mengajar yang menimbulkan proses belajar. Didaktik dibedakan menjadi dua, yaitu dikdaktik umum dan didaktik khusus. Didaktik umum membahas prinsip-prinsip umum dalam mengajar dan belajar, sedangkan didaktik khusus yaitu membahas cara-cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada pelajar. Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam proses belajar itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Saja Prinsip-Prinsip Dasar Metodologis PAI?
2.      Apa Saja Landasan Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI?
3.      Bagaimana Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran?

C.     Tujuan
            Untuk mengetahui dan memahami secara mendasar-menyeluruh terkait dengan prinsip-prinsip dan landasan pengembangan metodologi pembelajaran PAI, serta prinsip pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran PAI, sehingga memiliki konsep yang bersifat konferensif-praktis-teoritis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-Prinsip Metodologi Pembelajaran PAI
      Metodologi pembelajaran merupakan ilmu bantu yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi membantu dalam proses pembelajaran, karena memberikan alternatif dan mengandung unsur-unsur inovatif. Menurut Mulyasa (2004), tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku peserta didik. Oleh karena itu, Firdaus (2005) menjelaskan bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis yang bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa juga sekaligus mengilhami mereka ketika menghadapi problem dalam kehidupan sesungguhnya.[1] Dalam kontek pemberian pengalaman belajar yang dimaksud di atas, maka implementasi metodologi pembelajaran yang selama konvensional (terpusat pada guru), sudah saatnya untuk diganti dengan metodologi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran. Menurut Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Saibany, prinsip-prinsip metodologi pendidikan Islam adalah sebagai berikut:[2]
1.      Menjaga motivasi, kebutuhan, dan minat dan keinginan pelajar pada proses belajar.
2.      Menjaga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
3.      Memelihara tahap kematangan, perkembangan, dan perubahan anak didik.
4.      Menjaga perbedaan-perbedaan individu dalam anak didik.
5.      Mempersiapkan peluang partisipasi praktikal; sehingga menjadi keterampilan, adat kebiasaan, sikap dan nilai.
6.      Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaharuan, dan kebebasan berpikir.
7.      Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik.
            Pendapat yang hampir sama, menurut Abdurrahman Mas’ud, bahwa secara teknis dalam penerapan metode, guru harus melakukan hal-hal sebagai berikut :[3]
1.      Guru hendaknya bertindak sebagai role model, suri tauladan bagi kehidupan sosial siswa, baik di dalam maupun luar di luar kelas.
2.      Garu hendaknya menunjukkan sikap kasih sayang kepada siswa.
3.      Guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai subyek dan mitra belajar, bukan obyek.
4.      Guru hendaknya bertindak sebagai fasilitator, promotor of learning yang lebih mengutamakan bimbingan, menumbuhkan kreativitas siswa, serta interakstif dan kamunikatif dengan siswa.
      Maka menurut Syaiful Bahri, dalam penggunaan metode hendaknya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :[4]
1.       Selalu beroritentasi pada tujuan.
2.      Tidak terikat pada satu alternatif saja.
3.      Kerap dipergunakan sebagai suatu kombinasi dari berbagai metode.
4.      Kerap dipergunakan berganti-ganti dari satu metode ke metode lain.
        Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, cara yang paling tepat dan cepat dalam pembelajaran agama Islam yaitu dengan memperhatikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab ketika metodologi pembelajaran PAI mau diterapkan, yaitu :[5] siapa yang diajar?, berapa jumlahnya?, seberapa dalam agama itu akan diajarkan?, seberapa luas yang akan diajarkan?, dimana pelajaran itu berlangsung? dan peralatan apa saja yang tersedia? Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip metodologi pembalajaran PAI harus dapat memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan siswa yang menjadi komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa bersama-sama dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI. Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar, dengan kata lain meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

B.     Landasan Dalam Pengembangan Metodologi Pembelajaran PAI
      Landasan dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI merupakan sesuatu yang sangat urgen dalam proses pembelajaran. Seorang guru tidak akan mampu menggunakan suatu metode sebelum mengetahui landasan atau pijakannya, karena jika demikian maka akan berujung pada pembelajaran yang kering-gersang dari nilai-nilai yang terkandung dari materi yang diajarkan. Fenomena yang sering kali terjadi adalah kesenjangan antara guru dan peserta didik, materi dengan metode, dan menimbulkan diskomunikasi.
      Sebelum membahas lebih jauh terkait dengan landasan-landasan dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI, maka perlu diketahui dulu tentang landasan dalam pelaksanaan pendidikan Islam. konteks ini perlu untuk mengetahui pijakan dasar dalam pelaksanaan pendidikan Islam dan dari landasan inilah baru dirumuskan landasan dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI.
      Bersandar pada pendapatnya Fatah Yasin menjelaskan sedikitnya membagi 8 landasan yang merupakan asas atau landasan dalam pendidikan Islam, yaitu :
1.      Dasar   Filosofis
      Nilai filosofis yang kemudian dijadikan dasar filosofis pendidikan, memiliki makna bahwa kegiatan pendidikan itu harus bersumber pada pndangan hidup yang paling mendasar. Jika pandangan hidup atau cara berfikir manusia yang paling mendasar bersumber dari nilai-nilai fundamental, maka muncul semacam pertanyaan dari mana manusia itu ada dan dari mana sumber ilmu diperoleh. Pertanyaan semacam itu kemudia dijadikan sebagai cara berfikir manusia untuk menemukan jawaban melalui pendidikan. Jika pandangan hidup manusia itu bersumber dari nilai-nilai ajaran agama (nilai-nilai teologis), maka visi dan misi pendidikan adalah memberdayakan manusia sebagai manusia yang menjadikan agama sebagai pandangan hidupnya sehingga mengakui akan pentingnya sikap tunduk dan patuh kepada hukum-hukum tuhan yang bersifat trasendental. Demikian juga sebaliknya, jika pandangan hidup manusia itu bersifat keduniawian dan sumber dari manusia, maka visi dan misis ediologis pendidikan adalah untuk meraih cita-cita kepuasan hidup manusia yang bersifat duniawi semata, hingga mengenyampingkan dan tidak memperdulikan nilai-nilai trasendental. Kedua pandangan hidup manusia ini diharapakan dapat di integrasikan, yakni landasan filosofis pendidikan seharusnya mengandung nilai-nilai trasendental yang bersumber dari tuhan, dan dari manusia.[6]
2.      Dasar Historis
      Nilai-nilai historis yang kemudian dijadikan sebadai dasar historis pendidikan, memiliki makna bahwa peristiwa kemanusiaan yang terjadi di masa lampau penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian-kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori, praktik-pra ktik, moral, cita-cita, bentuk, dan sebagainya. Informasi dari sebuah peristiwa dimasa lampau tersebut mengandung muatan nilai pendidikan yang dapat dicontohkan dan ditiru oleh generasi masa kini dan yang akan datang. Nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah tersebut adalakanya positif, sehingga bisa dijadikan bahan acuan dalam pelaksaan pendidikan dimasa kini jika masih relevan dan mengembangkan serta menilitinya ketika tidak relevan. Dan adakalanya yang negatif, dalam hal ini cukup dijadikan pelajaran agar tidak diikuti baik oleh generasi sekarang atau dimasa yang akan datang.
      Landasan ini mengarahkan para guru untuk mengubah sudut pandangnya, agar selalu bisa untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari para pendahulunya, baik dalam bersikap, bebicara, dan dalam segala hal yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai pondasi intelektualitas manusia banyak mensinyalir tentang hikmah dan pelajaran mengenai kehidupan orang-orang terdahulu yang bisa menjadi bahan informasi guna membangun paradigma yang lebih baik, agar guru mampu mengambil pelajaran dari hal-hal yang telah dijelaskan dari kedua sumber tersebut.
      Pada tataran selanjutnya, guru tidak salah langkah atau mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama sebagaimana yang terjadi sebelumnya. Perenungan-perenungan yang dilakukan guru dalam memahami fenomena dari kisah-kisah baik yang,...tersirat maupun yang tersurat, baik menyangkut hikmah historis atau pun menyangkut simbol-simbol, merupakan pelajaran-pelajaran yang berharga untuk mengembangkan model pembelajaran yang lebih baik bagi para peserta didiknya sehingga tujuan ideal pendidikan Islam bisa terwujud.[7]

3.      Dasar  Teoritik
      Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat dirujuk untuk pengembangan karakter, diantaranya:
a.       Teori-teori yang berorientasi behavioristik yang menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal, dimana perubahan perilaku seseorang sangat ditentukan oleh kekuatan eksternal, dimana perubahan perilaku tersebut bersifat mekanistik. Teori ini dikenal juga sebagai teori Stimulus-Respons atau teori laboratorium yang sangat popoler pada implementasi kurikulum 1970-an. Teori-teori behavioristik ini dikembangkan dengan menggunakan hewan sebagai objek uji cobanya. Pada tahun 1980-an tumbuh kesadaran baru. Manusia tidak sama dengan hewan sehingga teori behavioristik dipandang kurang cocok untuk pendidikan karakter karena menjadikan manusia sebagai robot.
b.      Teori-teori yang berorientasi kognitivistik yang juga dikenal sebagai teori pemroresan informasi, dengan prinsip input-proses-output. Teori ini menganalogikan cara kerja pikiran manusia seperti cara kerja kompter. Jika pikiran di-entry data-data tentang kebaikan-kebaikan, maka diyakini akan dapat mewujudkan perilaku baik. Sayangnya ditemukan fakta banyak orang yang mengetahui kebaikan-kebaikan tetapi perilakunya tidak selalu baik. Untuk itu di awal tahun 2000-an tumbuh kesadaran baru, bahwa teori-teori kognitivistik kurang begitu cocok untuk pendidikan karakter.
c.       Teori yang berorientasi komprehensif, misalnya teori konstruktivistik dan teori holistic (diantaranya teori medan, teori motivasi, dan teori konteks social yang menyatakan bahwa perilaku seseorang sangat ditentukan baik oleh kekuatan internal maupun eksternal. Dengan tanpa mengabaikan teori behavioristik dan kognitivistik untuk keperluan pendidikan karakter di sekolah, dipandang lebih tepat jika menggunakan teori-teori yang berorientasi pada komprehensif yang mengimplementasikan secara seimbang antara kekuatan internal dan eksternal, antara kekuatan pikiran dengan hati, dan antara ngerti, ngerasa, ngelakoni atau antara piker, zikir dan ikhtiar. Secara metodologis, hendaknya juga menyesuaikan dengan orientasi teori komprehensif yang digunakan untuk memandu praktik pendidikan karakter.[8]

C.     Prinsip-Prinsip Dalam Pemilihan Media Pembelajaran
      Tugas pendidik yang paling utama adalah bagaimana ia mengondisikan suatu keadaan itu agar menunjang terjadinya suatu perubahan tingkah laku anak didiknya. Oleh karena itu, bahwa pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengalaman belajar yang sistematis yang bermanfaat untuk siswa dalam kehidupannya kelak. Dari proses pemberian pengalaman belajar tersebut, jelas makna implementasi metodologi pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru di ubah agar sekiranya anak didiklah yang di tuntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
      Dahulu pelajaran di pandang sebagai proses mengisi otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang di gunakan guru banyak berpusat pada metode ceramah, bagimanapun materi yang akan disampaikan. Muncullah teori teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mengajar. Metode metode tersebut berkembang mengikuti prinsip prinsip umum berikut:[9]
1.      Memperhatikan kecenderungan kecenderungan siswa
Dalam pemilihan metode pembelajaran kita perlu mengetahui kecenderungan-kecenderungan peserta didik. Sebagai seorang pendidik sangat perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Karena berpengaruh terhadap proses pemilihan metode pembelajaran.
2.      Memanfaatkan aktifitas individual para siswa.
                        Proses pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa mampu meningkatkan berendapnya pembelajaran dalam memori jangka panjang sehingga membentuk bank pengetahuan. Hal inlah yang perlu diketahui dan dimanfaatkan oleh pendidik, agar siswa mampu mebnetuk pengetahuan tersebut.
3.      Mendidik melalui permainan-permainan (games) atau menjadikan permainan sebagai sarana pendidikan.
                        Agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses pembelajaran, perlu divariasikan metode pembelajaran dengan suatu permainan. Karena permainan dapat membuat peserta didik semangat dalam belajar dan mengurangi kejenuhan dalam pembelajaran.
4.      Menerapkan prinsip kebebasan yang rasional dalam proses belajar tanpa membebani para siswa dengan berbagai perintah atau larangan yang mereka tidak butuhkan.
Pendidik perlu memberikan kebebasan terhadap peserta didiknya. Hal itu dilakukan agar siswa tidak merasa terbebani dan merasa tertekan. Sehingga proses pembelajaran akan berjalan secara efisien.
5.      Mengutamakan dunia anak anak dalam artian bahwa memperhatikan kepentingan mereka dan mempersiapakan mereka untuk kehidupan di masa depan.
Sebagai seorang peserta didik haruslah mengerti tentang peserta didiknya. Mampu mengetahui dan memberikan kebutuhan maupun kepentingan yang diperlukan peserta didiknya.
6.      Memanfaatkan segenap indera siswa, sebab pendidikan inderawi merupakan alat menuju pendidikan intelektual.
Siswa harus mampu mengoptimalkan fungsi dari kelima inderanya, disinilah tugas pendidik untuk memunculkan dan mengoptimalkan fungsi dari masing-masing kelima indera yang dimiliki oleh peserta didik.
      Prinsip umum metode pembelajaran di atas penting untuk dipertimbangkan  setiap guru ketika akan melakukan perkembangan metodologi pembelajaran agar setiap penggunaan metode Yang diputuskan akan memberikan manfaat yang mampu membawa siswa menuju penguasaan kompetensi yang diharapkan. Selain prinsip diatas masih terdapat prinsip-prinsip lain sebagai berikut:
a.       Efektivitas Media Pembelajaran
Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya dalam membantu siswa memahami materi pembelajaran yang akan disajikan. Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain. Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran.
b.      Taraf Berpikir Siswa
                        Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir siswa. Benda-benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media pembelajaran bila dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian pula media pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau tampilan akan lebih sulit dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana. Contoh media pembelajaran di SD untuk struktur organ-organ dalam tubuh manusia haruslah tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA.
                        Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.
c.       Interaktivitas Media Pembelajaran
                        Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam pembelajaran di kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan siswa dapat berinteraksi dengan media pembelajaran? Makin interaktif media, makin bagus media pembelajaran itu karena lebih mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam belajarMisalnya, saat mengajar materi tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran di SD yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara melakukan operasi hitung bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi hitung bilangan bulat.Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif.
d.       Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran
                        Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh pada minat siswa. Ada media-media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa jauh lebih baik bila dibanding menggunakan media pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh media pembelajaran di SD yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata sifat, kata benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10 x 8 cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi siswa apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat tentu kurang menarik bila dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi memiliki variasi berupa ditambahkannya gambar-gambar kartun yang familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu tersebut dengan warna-warna yang semarak.
e.       Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran
                        Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis komputer, tentu tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan menggunakannya. Media pembelajaran yang dipilih harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya kendala kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja diatasi apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar menggunakan media pembelajaran tersebut.
f.       Alokasi Waktu
                        Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan materi pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting. Akan tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan berbagai cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.
g.      Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran
                        Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas. Media pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar mengajar di kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media pembelajaran itu dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila dapat digunakan dalam berbagai situasi. Kadangkala, saat proses pembelajaran berlangsung terjadi perubahan situasi yang berakibat tidak dapat digunakannya suatu media pembelajaran.
h.      Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran
                        Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang kurang aman misalnya penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam (mudah melukai) atau panas, atau bahan-bahan kimia bersifat korosif.
i.        Kualitas Teknis Media Pembelajaran
                        Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik. Perawatan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media. Kualitas teknis media pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia media pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik, misal dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan sebagainya.

D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran
      Melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara lain:
1.       Faktor peserta didik.
Ø  Perbedaan jenjang pendidikan
Ø  Latar belakang peserta didik
Ø  Tingkat intelektualitas.
2.      Faktor ketersediaan fasilitas pembelajaran.
                        Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3.       Faktor tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
                        Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.
4.       Faktor materi pembelajaran.
                        Pada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah apa materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana tingkat kesulitan (how hard) materi yang hendak dipelajari.
5.      Faktor alokasi waktu pembelajaran.
                        Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegia tan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.
6.       Faktor kesanggupan guru.
                        Guru memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang selalu prima dalam setiap pembelajaran yang diampunya. Namun demikian, guru tetaplah manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Memilih suatu metode pembelajaran pun harus menimbang kesanggupan guru. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi dalih pembenaran bagi guru untuk menunjukkan performa yang terlalu apa adanya, dan yang biasa-biasa saja.
E.     Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Dalam Pembelajaran[10]
1.      Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didik.
2.      Mengetahui tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
3.      Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan anak didik.
4.      Mengatahui perbedaan-perbedaan individu didalam anak didik.
5.      Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak- anak didik.
6.      Aktivitas, yaitu belajar itu hanya berhasil bila melalui bermacam-macam kegiatan baik jasmani maupun rohani.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
             Dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI, memilki beberapa landasan dan prinsip-prinsip yang mengikat dan menjadi ukuran dalam pengembangan metodologi pembelajaran, supaya ketika metode itu diterapkan bisa berdaya guna dalam proses pembelajaran PAI.
             Pertama, prinsip metodologi pembalajaran PAI harus dapat memungkinkan pembelajaran PAI terpusat pada guru dan siswa yang menjadi komponen penentu dalam pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara guru dan siswa bersama-sama dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI. Dalam hubungan ini tugas guru PAI bukan hanya menyampaikan pesan berupa materi pelajaran, melainkan pemahaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar, dengan kata lain meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
             Kedua, landasan-landasan dalam pengembangan metodologi pembelajaran PAI yaitu: 1) Landasa filosofis; 2) Landasan historis; dan 3). Landasan Teoritis.
             Ada beberapa prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran diantaranya adalah :1. Efektivitas Media Pembelajaran; 2. Taraf Berpikir Siswa; 3. Interaktivitas Media Pembelajaran; 4. Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran; 5. Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran; 6. Alokasi Waktu

B.     Saran
             Demikianlah makalah ini kami selesaikan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat, dan mudah-mudahan dalam penyajian ini dapat di mengerti oleh kita semua, Amin yaa robbal`alamin.
DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 2001. Metodologi Pengajaran Agama islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Putra Daulay, Haidar. 2004. Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana

Suharto, Toto. 2011.  Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Syafrudin, Didin dan Bahris Halim. 2005. Pedoman Penyelengaraan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Menengah [SMA dan SMK]. Jakarta: Departemen Agama RI

Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mauliddannor, Fajar (2016,3,Januari), Prinsip-prinsip Dasar Metodologi PAI. Diperolehfile:///C:/Users/pc/Desktop/PrinsipPrinsip%20Dasar%20Metodologi%20PAI%20-%20ADAN%20RUNGKAR.html, Tanggal 8 Maret 2018

Pranama Sari, Rola. (2015,19,Juni). Prinsip - Prinsip Dalam Pemilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran. file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-prinsip%20dalam%20memilih%20metode.html, Tanggal 8 Maret 2018




                         [1] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 133-                  134.
                [2] Fajar Maulidannor, Prinsip-Prinsip Dasar Metodologi PAI, diakses
darifile:///C:/Users/pc/Desktop/Prinsip-Prinsip%20Dasar%20Metodologi%20PAI%20
%20ADAN%20RUNGKAR.html,  pada tanggal 8 Maret 2018 pukul 10.30
                [3] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja                                        Rosdakarya, 2008), hlm. 21-23.
[4] Didin Syafrudin dan Bahris Halim, Pedoman Penyelengaraan Pendidikan Agama Islam                        Sekolah Tinggi Menengah [SMA dan SMK], (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), hlm.                      23-25.
[5] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja                                        Rosdakarya, 2008), hlm. 23-28.
                                [6] Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama islam, (Jakarta: PT. Bumi                                              Aksara,2001), hlm. 58-61
                                [7] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2004), hlm. 145-                                           148.
                [8] Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama islam, (Jakarta: PT. Bumi                                              Aksara,2001), hlm. 58-61
                [9] Rola Pranama Sari, Prinsip – Prinsip Dalam Pemilihan dan Penggunaan Metode                               Pembelajaran,diakses dari  file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-                                                   prinsip%20dalam%20memilih%20metode.html, pada tanggal 8 Maret 2018, pukul 12.00
                [10] Rola Pranama Sari, Prinsip – Prinsip Dalam Pemilihan dan Penggunaan Metode                              Pembelajaran,diakses dari  file:///C:/Users/pc/Desktop/prinsip-                                                   prinsip%20dalam%20memilih%20metode.html, pada tanggal 8 Maret 2018, pukul 12.00

1 komentar:

macam-macam metode

1. Metode Ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar unt...